Tak Sengaja Meracuni Tamu!

Tasya mau cerita nih! *ngomong logat Obama*

Dulu waktu saya masih SD dan abang saya masih di Bali, keluarga saya pernah jadi host family dua orang pelajar asing program Linguistik Gereja. Saya lupa nama lembaganya apa, yang saya ingat tujuan mereka ialah belajar budaya (dan bahasa) tapi *kalau saya tidak salah* juga sekaligus misi Gereja ke Papua. Sebelum ke Papua mereka tinggal dulu di Jakarta sekitar 1 bulan, dan tinggal di lebak bulus dan rumah saya.
Dua orang asing ini ialah Tyler, dari Florida, Amerika dan Ian, dari Kanada. Dua-duanya cowok (atas permintaan kakak saya -_-).


Tyler orang Amerika asli, bule tulen, besar, brewokan, rambut cokelat agak pirang dan suka keringetan (yaaah.. begitulah). Kebanyakan bajunya kotak-kotak, dan dia selalu membawa kamera dslr pentax-nya kemanapun. Fotonya keren-keren!
Beda sama Ian, dia pakai kamera digital biasa tapi kualitasnya bagus, dan selalu dipake buat foto apapun. Apapun! Foto daun, foto grafiti di tembok, foto bunga, foto kura-kura, foto kucing, foto rendang, foto rupiah, foto sayur, pokoknya semuanya!
Si Ian, tinggal di kanada, tapi saya yakin kalau nenek moyang dia orang asia. Dia lebih pendek dari Tyler, kulitnya kuning, rambutnya hitam, dan yang terpenting: Matanya Sipit! Dia bener-bener kayak orang Cina biasa. Gak ada bule-bulenya samasekali. Kebanyakan orang Indonesia (termasuk mbak saya) selalu mikir kalau bule itu yaaaa identik dengan orang-orang yang setipe sama Tyler. Padahal saya selalu bilang kalau orang negro Afrika itu juga bisa dibilang bule. Tapi malah dibantah: "Bule itu yang matanya bewarna, rambut cokelat, kulit putih tas!" "........"

Alhasil Ian "si Cina" selalu didiskriminasikan. Apalagi kalau ditempat umum, gak jarang Tyler diajak ngomong pake bahasa Inggris: "Hei mister! welcome to Indonesia!" sedangkan Ian diajak ngomong: "eh Mas ini turis ya?" Ckckck.

Ini waktu saya ngasihtau temen saya si Viena (yang juga berwajah oriental):

"Vien, ada dua bule lagi homestay tuh dirumah gw.."
"oh ya? liat dong fotonya!"
*sambil nunjukin foto* "nih, dari Amrik sama Kanada"
*ngeliat foto* "Bah, ini mah *nunjuk Ian* orang Cina! Mukanya mirip Delon lagi, cakep tas!"
"..................." dan kemudian hening.

GAK MIRIP DELON SAMASEKALI NENG! 
*kadang saya meragukan selera sahabat saya ini..*
--
Suatu hari saya masak untuk mereka. Menunya simple sih, cuma brownies dituang cokelat cair dan dikasih toping es krim strawberry. Tyler dan Ian duduk di ruang keluarga, saya di dapur belagak jadi "chef" pionir yang jago. Tugas saya cukup ribet loh, harus motong brownies pabrikan yang dibeli di Superindo, ngetim cokelat batangan dan ngescoop eskrim. Susah kan tugas saya? :D

Garnishnya saya bikin a la Eropa gitu deh. wuih! saya sajikan ke mereka berdua, dan saya saat itu bangga sekaleeeee... rasanya kece cuy jadi "chef" dadakan buat dua orang asing! saya emang norak ya huahohohoho, waktu itu saya langsung membayangkan masa depan saya: seorang chef wanita pembuat dessert ahli yang tersohor seantero Indonesia. eeaaaaaaa....

Dan malamnya... jeng jeng........................

Tyler dan Ian muntah-muntah. Dini hari, jam 1-an. 

MUNTAH CUY!!
*sengaja diulang biar makin terbawa suasana*

yasalam, pupus sudah harapan gw menjadi seorang chef. masak gitu doang dimuntahin sama dua bule, malem-malem dengan suara "hoeeek" yang kenceng sekali. (kebetulan toiletnya samping kamar saya).
Yang saya bingung itu, kenapa dua-duanya muntah...? Kenapa... oh mengapa... *nyanyi alamat palsu* *eh* *salah*

rasanya sedih loh, lebih kearah malu sih sebenernya. huhehehehe kambing lah. -_- *nada jutek*
sampai sekarang saya masih malu sendiri kalau inget peristiwa ini.. semoga si Tyler dan Ian lupa kalo yang masak kue waktu itu saya, semoga mereka insomnia dan ngira kalau yang masak itu mbak saya: si kak mus. eh, amnesia ya? huhahaha

tapi jujur ya, 2 minggu sama mereka itu "sesuatu banget" deh. lebih dari 'sesuatu' sebenernya karena 'sesuatu' merujuk kepada 'satu suatu' yang penting, dan pastinya ada lebih dari satu kejadian menyenangkan yang saya dan keluarga saya alami bersama mereka.. #teoridodoltasya

Dan saya menyimpulkan: kalau orang Amerika ngomong bahasa indonesia, maka akan muncul logat batak dengan suksesnya. Kalau orang yang fasih bahasa mandarin (si Ian) ngomong bahasa Indonesia, akan keluar logat Jawa dengan medoknya. serius, boleh dicoba sendiri deh.

saya (waktu SD) - sepupu saya - Ian - Tyler
kalau mau lihat hasil fotonya Tyler bisa dilihat di link ini
--

eh, kenapa saya cerita tentang mereka?
sebenarnya karena saya punya mimpi untuk menjadi seperti mereka!
menjadi seorang pelajar yang belajar di negara lain, tapi punya misi khusus juga, saya ingin menjadi duta bangsa.
Karena saya percaya kata-kata adalah doa, maka jadilah saya merangkai kata-kata harapan saya ini. Suatu hari saya pasti bisa melakukannya!

"where there is a will there will be a way"



Post a Comment

5 Comments

  1. wakakak kocak dah...lu kasih apaan tuh kuenya ampe tu bule muntah2?

    komentar gw pas liat foto dibawah:
    itu yang namanya Ian...china abis!!! hahaha
    kayaknya ortunya ada keturunan china #sotoy

    ReplyDelete
  2. gw dengan polosnya asal minta e-mailnya lagi padahal blm tau e-mail (ghak nyeabung dhess) hahahaha impian lu akhirnya tercapai juga kan?? hehehehe brarti motivator lu ikt "itu" mereka dong (wwwew)

    ReplyDelete
  3. ngomong2 kok spupu lu kea foreigner jg ya? (mirip org india) hahahaha

    ReplyDelete
  4. Dulu waktu saya masih SD dan abang saya masih di Bali
    judi bola dengan presentase kemenangan tertinggi

    ReplyDelete